Bahtera Hikmah

sanuriihim aayaatinaa fii al-aafaaqi wafii anfusihim hattaa yatabayyana lahum annahu alhaqqu awa lam yakfi birabbika annahu 'alaa kulli syay-in syahiidun

" Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran adalah benar dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu " (QS. Fushshilat:53)

Selasa, 21 Desember 2010

Menata Hati dari Bayangan Masa Lalu

expr:id='"post-" + data:post.id'>
" pribadi yang bertanggung jawab pada hidupnya, tak akan pernah berpegang pada akar rapuh kenangan masa lalu, tetapi ia akan segera meraih dahan kokoh hari ini untuk menggapai buah manis masa depan "
itulah update FB saya beberapa waktu yang lalu, ada satu komentar yang sangat baik dari ukhti Uchi yang menanyakan " terus bagaimana dengan masa lalu yang selalu membanyangi diri..sehingga menimbulkan rasa takut dan ragu yang selalu mengiringi langkah untuk meraih masa depan..?
setiap pribadi pasti punya masa lalu baik yang membawa pada kebahagiaan maupun kekecewaan dan tidak jarang malah bayangan-bayangan buruk masa lalu yang malah sering terekam di dalam pikiran dan memori bawah sadar kita, sehingga bayangan-bayangan masa lalu tersebut menjadi semacam Phobia yang terus-menerus mengiringi sepanjang hidup kita, memang kita tidak akan dapat menghapus bayangan-bayangan itu, tapi ibarat seperti bayangan yang sesungguhnya ia muncul ketika ada sisi gelap yang tercipta akibat tertutupnya pancaran sinar cahaya di sisi terangnya. yang dapat kita lakukan adalah memperbesar cahaya di sekitar tempat kita berada tadi dengan itu bayangan akan dengan sendirinya memudar, tapi ingat bayangan tadi tidak benar-benar hilang hanya memudar.
kita sebagai manusia telah dibekali oleh Allah menuruh fitrahnya yaitu Hati sebagai cermin pribadi kita hati mampu memancarkan cahaya kebaikan, namun dapat pula redup oleh perasaan-perasaan yang tidak membaikan kita, dan sekali lagi Ikhlas adalah bahan bakarnya , ketika kita mengisi hati kita dengan perasaan marah, dendam, penyesalan itulah yang menjadikan sinar hati kita semakin redup, oleh karenanya sudah saatnya hari ini kita meneta hati dengan berpikir positif untuk mengembalikan sinarnya kembali.
namun seringkali kita mendapat pertanyaan dalam diri kita sendiri, " saya rasa mudah untuk sekedar mengucapkanya namun ketika mesti saya lakukan selalu saja muncul kesulitan, tetapi ketika saya semakin berpikir positif untuk meredam bayangan itu tetapi bayangan itu malah semakin dekat dan menghantui saya...?"
karena penataan hati positif adalah suatu perbuatan yang abstrak dan seringkali kita malah dihadapkan pada sisi negatif kita, sama halnya saat kita berpikir positif kita secara tidak sadar "memusuhi, membenci, dan tidak menyukai" bagian dari diri kita sendiri (yang negatif) karena itu manusiawi, seperti hukum alam dan pepatah kuno " apa yang kita benci akan cenderung membesar dan apa yang kita tekan akan menekan balik " hal ini juga berlaku pada pikiran kita, bagian negatif diri kita akan semakin terlihat dan bukannya hendak memudarkan bayangan itu tapi malah semakin tidak menghargai diri kita.
yang dapat kita lakukan adalah menjadikan pikiran positif yang dirasa enak di hati adalah berarti positif, dan pikiran positif yang rasanya tidak enak adalah negatif.
misalnya kita punya bayangan tidak enak tentang buruknya hubungan pertemanan anda di masa lalu. dalam pikiran kita :
" saya punya masalah hubungan pertemanan "
" saya tidak tahu harus berbuat apa "
setelah itu kita menulis beberapa kalimat yang benar-benar menggambarkan perasaan kita, buatlah pernyataan ini dalam hati.
" saya akan mencari pikiran tentang hal ini yang rasanya enak "
lalu tuliskan berbagai pikiran yang muncul dan perasaan hati anda yang rasanya menjadi lebih baik, sama, atau lebih parah.
misal:
" saya tidak pernah punya cukup teman "(sama)
" saya ingin punya banyak teman " (sama)
" seharusnya saya lebih banyak berhubungan sosial "(sama)
" seharusnya saya tidak berteman dengan mereka " (lebih parah)
" tapi hari ini saya masih punya teman-teman yang setia dan baik pada saya " (lebih baik)
" pengalaman ini menjadikan saya lebih bisa mengerti orang lain " (lebih baik)
" hari ini sahabat-sahabat dan saudara-saudara saya telah mengulurkan tangan mereka membantu masalah saya " (lebih baik)
" setiap saya punya teman pasti ada sisi baik dan buruknya "(sama)
" teman seharusnya dapat kita manfaatkan " (lebih parah)
" untung saya tidak terperosok lebih jauh " (lebih baik)
" saya belajar memaafkan dan memahami kekurangan teman saya " (lebih baik)
" itu telah berlalu dan bukan hari ini " (sama)
" dulu saya juga pernah mengalaminya seperti ini dan saya mampu melewatinya" (lebih baik)
" seandainya teman saya sedikit namun baik pada saya mungkin saya jadi lebih mengerti tentang diri saya sendiri/intrapersonal " (lebih baik)
" saya lebih beruntung dari mereka yang lebih banyak musuh " (lebih baik)
kita dapat lihat di sini kita tidak berlatih memaksakkan diri untuk berpikir positif dan menghapus masalah itu kita juga tidak menilai pikiran kita itu positif atau negatif yang kita cari adalah perasaan dibalik pikiran-pikiran itu, sehingga kita bisa mengenali pikiran mana yang sebaiknya saya "pelihara" agar perasaan selalu "enak" di dealam keikhlasan hati.
memang semua kejadian yang telah terjadi tidak dapat dirubah, tetapi pikiran kita tentang ketidakmampuan kita membina hubungan baik telah mendominasi perasaan sebelumnya, sehingga perasaan itulah yang menarik semua masalah dan perasaan kecewa kita. ubahlah perasaan itu maka kondisi-kondisi pun akan ikut berubah. dan tidak perlu takut menghadapi masa akan datang yang dibayangi masa-masa lalu.
" lebih baik kita menaruh perhatian kita pada masa depan, karena kita akan menghabiskan lebih banyak wakru disana "
Allahu a'lam bishowab
Referensi:1. Quantum Ikhlas : Erbe Sentanu
2. Habit : Michell Suharli